Spooky Holiday (Part I)


Ehem. Jadi ceritanya aku dan teman-teman 12 IPA 3 liburan ke Samosir dari hari kamis sampai sabtu (26-28 April). Kami berangkat pagi-pagi dari rumah Wendy dengan 2 kendaraan. 13 orang naik minibus, wendy sitha cuek sama wak kem naik mobil. Biasalah kalo perjalanan jauh pasti lebih banyak tidurnya daripada meleknya. Paling diisi dengan ngobrol sedikit, teriak sedikit, nyanyi2 sedikit, dan ngemil sedikit (emang ini sedikit?). Tapi aku tetap milih tidur karena waktu itu panas banget.

Anak paling ajaib memang Deby. Waktu aku nutup mata berusaha buat tidur dia masih nyeloteh semangat. 5 detik kemudian aku buka mata karna tiba-tiba udah hening, eeh ternyata dia udah tidur nyenyak sampe kupukulin juga dia engga terasa. (Ralat! Noni juga melakukan hal yang sama!)

Di perjalanan, kami singgah makan siang di rumah makan burung goreng terus langsung ngelanjutin perjalanan ke Prapat (setelah foto2 tentunya). Sampai di Prapat, hujan gerimis menyambut kami. Sebagian sedih karena katanya sih jadi ngga bisa foto-foto di Feri. Padahal engga juga. Ini buktinya.


(I took out most photos, because of privacy concern)

Setengah jam kemudian kami tiba di Samosir tepatnya di hotel yang sudah kami booking ( sebut saja Shotel). Halaman dan pemandangan dari hotel itu bagus banget dan kami pun antara semangat dan kehebohan ngeliatnya. “nanti kita foto di sini ya” “kita foto di situ ya” “nanti kita duduk-duduk di sini ya.” Serba semangat deh pokoknya. Belum tau aja kalo di sana ada.....kekekeke~

Setelah check-in kami jalan menuju kamar yang sudah dipesan, 6 kamar yang letaknya cukup jauh dari keramaian. Jauh dari lobby atau yah bisa dibilang paling ujung! Sepanjang jalan ke kamar aku ngga ada ngeliat pengunjung lain atau setidaknya ngedengar suaranya. Tanda tanya besar muncul di kepalaku. Apalagi sewaktu Wendy bilang, “kamar yang paling ujung gausah diisi, biar aku aja yang di sana.” Glek! “Non, kita langsung ambil kamar yang di tengah ya,”kataku ke Noni.

Sampe di kamar aku langsung terjun ke pulau kapuk. Niatnya pengen tidur lagi tapi gabisa karena suara anak-anak dengan masa kecil terlalu meriah bolak-balik masuk kamar keluar kamar, foto-foto heboh dan lain-lain seperti ini.
Belum lagi waktu mandi. Heboh ke sana-sini yang nyari sampolah, sabunlah, odollah, sikat gigilah. Bayangkan eca sama nopi bisa lupa bawa sikat gigi tapi hair dryer ingat. Pentingan mana coba-,- Ah, ditambah lagi dengan keusilan anak-anak cowok ngintipin yang lagi mandi (yang cowo aja) lewat jendela kamar mandi yang letaknya cukup tinggi dan lewat pintu dengan cara yah cukup didorong (baca: kuncinya rusak).

Memang bawaannya kami ini fotogenik, jadi dimana pun berada harus tetap gaya di depan kamera. Nih, contohnya sewaktu beli bungkus buat makan malam.




Sehabis makan malam, kami main kartu ‘lenk’ d kamar paling ujung yang kata wendy biar dia aja yang ngisi. Apa itu lenk? Panjang ngejelasinya. Yang jelas syarat utamanya pertama kali kita harus ngeluari modal berupa tiga kartu berurut yang gambarnya sama. Permainan yang benar-benar butuh keberuntungan. Ronde pertama tim aku dan noni masih ‘beruntung’. Tapi ronde berikutnya begitu kartu siap dibagikan, kami nggak nemuin satu pun yang bisa dijadikan modal! Kalah sebelum bertanding itu rasanya kaya pengen numbukin bantal 1000x. Serius. Tapi mau gimana lagi, hukuman corengan bedak dari teman-teman harus diterima dengan lapang dada.

Lanjut main lagi, sehabis kartu dibagiin, aku degdegan. Ogah kena coreng lagi! Kubuka pelan-pelan kartunya, kuliat dengan teliti, dan... gaada! Modalnya gaada! Teman-teman langsung ketawa dan semangat nyorengin muka aku dan noni lagi. Mood buat main langsung hilang. Ronde selanjutnya, antara niat dan tidak, kami masih ikut bermain. Habis kartu dibagiin aku (gapake degdegan lagi) langsung nyari kartu yang bisa dijadiin modal. Cari pelan..pelan...dan...plak! Gaada lagi! Aku dan noni langsung pelukan dan nangis bareng2. Salah kita apa sampe ngga seberuntung ini 3x berturut-turut. Alhasil, karena kasihan yang terakhir ini kami ngga dapet corengan dan tentu saja memutuskan untuk tidak bermain lagi alias ENCENG!


Makin malam, makain ngantuk. Sitha, Wendy, dan Deby juaranya tidur duluan malam ini. Mereka tidur di kamar nomor 5, di sebelah kamar tempat kami main kartu tadi. Kami sisanya? Yah biasalah bikin ribut. Semuanya aman damai tenteram sampe Shira yang lagi mondar-mandir di lorong tiba-tiba teriak dan langsung lari ke kamarku (no.4) yang lagi asik cerita ‘getek’ (sejenis sampan).
“Kenapa, Shir?”
“YaAllah...Sitha...terkejut kali aku tadi dia tiba-tiba keluar kamar, terus meluk tiang di depan kamarnya sambil nyanyi-nyanyi, terus dia balik lagi ke kamar.”

Mampus...jangan-jangan....
“Ngigau dia itu, Shir. Sitha memang sering gitu. Waktu itu dia pun pernah kayak gitu juga,” kata Sarah dengan ‘santai’. Fiuuih....
Nggak lama kemudian ada lagi yang teriak. Apalagi ini....
“Kenapa?”
“Itu si Deby terbangun terus kayak orang gila.”

Pergilah aku ke depan kamar no.5. Di sana Deby udah duduk sambil cemberut, rambut berantakan,dan seperempat sadar.
“Kenapa, Deb? Pindah aja ya tidurnya ke kamar sebelah ya,” kataku.
“Bising kali uwak-uwak di depan itu. Gabisa tidur aku jadinya.”
Mampus....uwak-uwak mana? Depan mana???
“Udah, makanya pindah aja ya ke sebelah,” kataku lagi sambil berusaha bujuk Deby supaya cepat masuk ke kamar. Bukan Deby namanya kalo masih bisa sadar di saat ngantuk. Dia mah masih dalam tahap ‘sedikit ngantuk’ juga langsung jatuh, blak, tidur. Aku sampe emosi maksa dia cepetan masuk ke kamar. Sampe akhirnya pangeran Dedy yang turun tangan. Setelah dibujuk sama Dedy sebentar dia langsung mau masuk ke kamar. Baiklah.

Ternyata sampai di kamar, sleeping Deby tetap bikin masalah. Dia tidur dengan lasaknya, guling-guling, ngekeh sesekali, dan ngambil pose kepala di bawah kaki di atas tempat tidur. Benar-benar pose yang ajaib! Eca yang udah mau tidur langsung buru-buru keluar kamar narik tangan aku yang udah mau masuk ke kamar sebelah (aku tidur sama sitha). “Meme tidur sini aja. Aku takut sama Deby.” Baru aku mau jawab Dedy langsung masuk ke kamar nyuruh semuanya tidur. Pangeran Dedy juga yang nyuruh sleeping Deby tidur yang benar. How lucky you are, Deb!

Waktu sudah menunjukkan pukul setengah 12 malam sewaktu aku berbaring di tempat tidur. Kamar itu isinya aku, sitha, wendy, cuek,dicky. Di kamar sebelah ada dedy, aulia, amed, eca, deby, nony. Di kamar sebelahnya lagi (no.3) ada ajo, bubu, sarah, shira, nopy. Sengaja dalam satu kamar cewek cowok supaya lebih ngerasa aman. Bukan macam-macam loh....

Sebelum tidur Dicky sama Cuek keluar sebentar ngambil minum. Tinggal aku yang nyoba buat tidur sambil ngeliatin ruangan kamar itu. Aku jadi penasaran sama suara uwak-uwak yang dibilang Deby. Kucoba dengarin benar-benar. Dan...ada lagu! Lagu seriosa! Dan ternyata itu lagu ‘Time to Say Goodbye’ yang diputar di kamar sebelah dijadiin nina bobok-_-

Nggak lama kemudian Cuek dan Dicky masuk ke kamar lagi sambil cerita dengan nada cemas.
“Dengar kan wek, pas di belakang kita dia tadi,” kata Dicky.
“Iya, terasa kali. Lemas aku,” kata Cuek. “Pas kali barengan sama jeda lagunya terdengarnya.”
“Itulah. Kita berisik kali sih memang. Coba bilangin sama kamar ujung suruh cepat tidur,” kata Dicky lagi. Kamar Ajo cs memang masih terdengar berisik ketawa-ketawa. Tiba-tiba...DOR! Kayanya tuh kamar digedor pintunya, barulah suasana mulai hening.
“Ada apa sih we? Hantu ya?” tanyaku penasaran.
“Engga ah me, udah besok aja ceritanya. Sekarang mending tidur aja,”kata Dicky.
“Masih lemas aku wak,” kata Cuek lagi.

Then I just had a bad feeling....... (to be continued)




Comments

Popular Posts