Praha yang cantik

Afternoon view from Letna Park, Prague

Praha, kota cantik di Eropa tengah, pujaan para pelancong pencari latar belakang foto gaya busana mereka.

Sudah lima bulan aku tinggal di Praha. Domisili ke-3 ku di Eropa. Lagi-lagi harus menyesuaikan diri di kota baru. Bukan soal menetap di kota yang baru dikenal, tapi telinga yang tidak terbiasa mendengar sederetan bunyi asing yang tersusun menjadi kalimat. Oh ya, sekarang bukan 'Hallo' lagi yang menjadi sapaan, giliran 'Ahoj' yang perlu diucap. Sampai sekarang pun menjawab 'prosim' sebagai pengganti 'bitte' juga belum terbiasa. Hmm, beginilah nasib yang belajar bahasa.

Tapi Praha memang cantik. Dan aku suka. Sudah pernahkah kusebut banyak kota cantik pujaan orang yang tak kusukai? Misalnya kota bermenara tinggi yang katanya romantis itu. Masih lebih cantik kota Praha tentunya. Meski memang bagian kota tuanya yang banyak dikagumi. Yang setiap sudutnya terlihat artistik dan menarik. Lihat megahnya bangunannya. Lihat ukiran patungnya, Lihat cantiknya ornamen dindingnya. Yang dikira orang bangunan unik, ternyata adalah fakultas tempatku belajar. Mungkin sama tuanya dengan bangunan kuliahku di UGM dulu, tapi mengapa apresiasinya berbeda? :p

Praha memang cantik. Dan aku suka. Aku suka berlari di pinggir sungai menuju arah matahari terbenam dan kembali lagi berbalik arah. Lihat cantiknya warna senja keemasan di langit dan yang tercermin di air. Lihat senangnya orang-orang berarung jeram di arus buatan di sungat Vltava. Lihat anjing-anjing yang berlari gembira mengikuti aktivitas majikannya yang bersepatu roda, bersepeda, atau berjalan santai saja. Tempat yang ramai oleh turis ada. Tapi tempat yang menenangkan seperti ini juga ada.

Praha memang cantik. Dan aku suka. Aku suka melihat gaya berpakaian warganya yang terlihat biasa tapi lebih dari biasanya diriku. Lebih suka lagi melihat apa yang di tangan mereka ketika masuk ke dalam kereta bawah tanah, buku. Tak peduli usia, gaya, atau apakah dia betina, Bukan soal tebalnya buku yang dibaca, tapi pedulinya mereka pada kualitas waktunya. Jadilah aku ikut-ikutan juga. Satu jam perjalan, sepuluh lembar tak terasa.

Praha memang cantik. Dan aku suka. Biarlah orang-orang berjalan dengan cepat, aku berjalan santai saja. Biarlah orang-orang dengan tas tangan bermereknya, aku dengan ranselku saja. Biarlah orang-orang bercengkerama dengan kekasihnya, aku dengan diriku saja.

Comments

Popular Posts