Camping PMR #1
Sabtu, 7 November 2009
"Jaket udah, baju olahraga udah, cemilan udah. apa lagi ya?"
"sendok, piring, gelas?"
"oh iya"
-------------------------------------------------------------------------------------
Oke, ini hari H yang uda ditunggu-tunggu anak PMR sejak berminggu minggu yang lalu. Kami pergi kemping ke sibolangit selama dua hari semalam sebagai acara pelantikan anggota baru. Berhubung aku calon anggota baru tersebut jadi ini adalah pengalaman pertamaku kemping bareng anak PMR.
"Aaah tasku berat banget"
Teriakan yang sama kudengar dari beberapa temanku, termasuk aku.
"Bus kita yang mana?" tanyaku.
"Yang dibelakang tuh"
"Siapa yang mau duduk sama aku?" teriakku bersemangat.
krik krik krik
"Ohlala"
"Kami uda pas sepasang sepasang mei"
Emang mau kawin pake pasangan segala -____-
Aku masuk ke dalam bus dan mengambil posisi disamping jendela, nyaman buat tidur. Di bus aku bosan. Selain karna dapat teman sebangku yang ngga akrab (kebetulan dia ngga dapat teman juga), aku juga dicuekin sama teman2ku yang lain karena mereka sibuk sendiridengan pasangannya. Teve di bus nayangin lagu ungu lagi. Hey!Say!JUMP kek keren xD Akhirnya kuputuskan menghabiskan dua jam perjalanan dengan online.
-----------------------------------------------------------------------------------
Singkat cerita sekarang aku berada dalam posisi paling bego sedunia. kami lagi pre-test tentang sejarah kepalang merahan. Jujur, aku ngga belajar. Jadi hal yang wajar kalo aku ngga bisa jawab dengan jawaban yang benar (baca: ngasal)
"Yaaah aku ngga ngisi satu" kata karina
"Soal yang nomor 10 itu aku lupa jawabannya" kata galuh
Huwe? Aku yang jawab ngasal semua diem diem aja.
"Tanggal berdiri PMI kapan?"tanyaku
"17 September 1945"jawab galuh
"Yah salah deh"
"Emang kamu jawab apa?"
"7 November 2009" geplaaakk!!
-----------------------------------------------------------------------------------
"Hey, bangun kamu"
Aku terbangun. Cahaya senter terarah ke wajahku. Silau. Kulihat jam di hapeku, jam 10 malam. Aku baru tertidur satu jam. Buat apa dibanguni malam malam begini? Oh pasti uji mental yang katanya menyeramkandisiksa, dicabik, diteriakin, di-bully itu. oke, aku memang berlebihan.
Kukenakan jaketku dan bergegas keluar. Di luar ternyata yang lain uda pada ngumpul. Kami dibagi menjadi beberapa kelompok. Pesan guru sebelum berangkat menyusuri kebecekan “kata sandinya 01, trus jawabannya 37. Berlaku sebaliknya”. Maksudnya? Ah ntar juga ngerti.
Kami berangkat ke pos “kebersamaan”. Kakak-kakak senior berdiri membelakangi kami.
“Halo kak” kata Ami.
“Liat deh ada bintang jatuh” kata kak x.
“Mana? Mana?” jawab kakak gendut.
“Yaampun, itu mah monyet jatuh” jawab yang disebelahnya.
Kami dikacangin.
“01” teriakku.
“37” jawab para kakak senior.
Mulailah acara bentak mambentak. Tegang? Nggak. Santai aja lagi, mereka semua seperti memakai topeng, bukan watak asli. Pos ini sukses kami selesaikan setelah beberapa pertanyaan dan pernyataan yang agak berlebihan menurutku, tapi bermakna.
Pos “kepedulian” lebih parah. Disitu ada pembina PMR tercinta a.k.a guru BP a.k.a Pak Ramadhan. Baru sampai kami uda disuruh loncat-loncat. Ada 2 orang anggota kami, cowok, memakai topi PMR. Dan tiba tiba aja dia ngambil kedua topi yang terpasang itu dan membantingnya ke rumput. Aku terkejut!
“Kalian tau nggak kalo topi itu ngga boleh dipakai malam malam?” teriak Pak Ramadhan dengan wajah yang seram. Sumpah, sehari harinya dia ngga pernah kaya begitu.
Karena takut dan ngga tau mau jawab apa, kami diam.
“TAU NGGAK? JAWAB DONG! KALIAN KIRA KAMI DISURUH NANGGAPI PATUNG!?” teriaknya sekali lagi.
Kami tetap diam. Takut salah ngomong. Lagian aku udah down duluan dibentak begitu.
“Hei kamu!” oh no! Dia nyenterin aku.
“Menurut kamu boleh nggak make topi itu malam malam?” tanya si pembina kepadaku
“Hmm.. kayaknya boleh. Tapi nggak juga kali ya. Nggak tau sih” jawabku tergagap.
“Jawab yang benar dong! BOLEH APA NGGAK?”
“Nggak tau, pak” jawabku pelan.
Setelah itu bapak itu dan beberapa kakak senior melanjutkan ocehan-ocehan tentang kepedulian. Intinya ‘kepedulian adalah sikap ingin membantu dengan rasa ikhlas’.
“Kalian ini ngga punya rasa peduli ya. Topi itu kalian biarkan aja tergeletak di rumput” kata Pak Ramadhan. Jiah bapak yang ngelempar juga
Setelah ngancingin jaket kakak senior sebagai bentuk rasa peduliku (aku ikhlas loh) dan teman teman melakukan hal yang sejenis juga. Ada yang bersedia ngebersihi sepatu juga loh. Aku salut ternyata teman sekelompokku baik juga haha. Kami pergi ke pos selanjutnya, bye bye i won’t miss you~
Pos “tanggung jawab” nggak setegang pos pos sebelumnya. Mungkin kakak seniornya pada malas ngomelin kami. Alhamdulillah. Terima kasih banyak.
Kemudian waktu habis dan kami belum sempat mengunjungi pos terakhir, pos “kepemimpinan”. Kami kembali ke aula disuruh neglanjutin tidur. Yang ada kami malah sharing sama kelompok kelompok lain menceritakan pengalaman masing masing. Ternyata pengalamanku itu ngga seberapa. Ada temanku yang disuruh cuci muka pake air lumur, ada yang disuruh squadjump, pura pura nembak senior, dan lain sebagainya.
Setelah agak puas bergosip aku tidur karna ngantuk berat.
"Jaket udah, baju olahraga udah, cemilan udah. apa lagi ya?"
"sendok, piring, gelas?"
"oh iya"
-------------------------------------------------------------------------------------
Oke, ini hari H yang uda ditunggu-tunggu anak PMR sejak berminggu minggu yang lalu. Kami pergi kemping ke sibolangit selama dua hari semalam sebagai acara pelantikan anggota baru. Berhubung aku calon anggota baru tersebut jadi ini adalah pengalaman pertamaku kemping bareng anak PMR.
"Aaah tasku berat banget"
Teriakan yang sama kudengar dari beberapa temanku, termasuk aku.
"Bus kita yang mana?" tanyaku.
"Yang dibelakang tuh"
"Siapa yang mau duduk sama aku?" teriakku bersemangat.
krik krik krik
"Ohlala"
"Kami uda pas sepasang sepasang mei"
Emang mau kawin pake pasangan segala -____-
Aku masuk ke dalam bus dan mengambil posisi disamping jendela, nyaman buat tidur. Di bus aku bosan. Selain karna dapat teman sebangku yang ngga akrab (kebetulan dia ngga dapat teman juga), aku juga dicuekin sama teman2ku yang lain karena mereka sibuk sendiri
-----------------------------------------------------------------------------------
Singkat cerita sekarang aku berada dalam posisi paling bego sedunia. kami lagi pre-test tentang sejarah kepalang merahan. Jujur, aku ngga belajar. Jadi hal yang wajar kalo aku ngga bisa jawab dengan jawaban yang benar (baca: ngasal)
"Yaaah aku ngga ngisi satu" kata karina
"Soal yang nomor 10 itu aku lupa jawabannya" kata galuh
Huwe? Aku yang jawab ngasal semua diem diem aja.
"Tanggal berdiri PMI kapan?"tanyaku
"17 September 1945"jawab galuh
"Yah salah deh"
"Emang kamu jawab apa?"
"7 November 2009" geplaaakk!!
-----------------------------------------------------------------------------------
"Hey, bangun kamu"
Aku terbangun. Cahaya senter terarah ke wajahku. Silau. Kulihat jam di hapeku, jam 10 malam. Aku baru tertidur satu jam. Buat apa dibanguni malam malam begini? Oh pasti uji mental yang katanya menyeramkan
Kukenakan jaketku dan bergegas keluar. Di luar ternyata yang lain uda pada ngumpul. Kami dibagi menjadi beberapa kelompok. Pesan guru sebelum berangkat menyusuri kebecekan “kata sandinya 01, trus jawabannya 37. Berlaku sebaliknya”. Maksudnya? Ah ntar juga ngerti.
Kami berangkat ke pos “kebersamaan”. Kakak-kakak senior berdiri membelakangi kami.
“Halo kak” kata Ami.
“Liat deh ada bintang jatuh” kata kak x.
“Mana? Mana?” jawab kakak gendut.
“Yaampun, itu mah monyet jatuh” jawab yang disebelahnya.
Kami dikacangin.
“01” teriakku.
“37” jawab para kakak senior.
Mulailah acara bentak mambentak. Tegang? Nggak. Santai aja lagi, mereka semua seperti memakai topeng, bukan watak asli. Pos ini sukses kami selesaikan setelah beberapa pertanyaan dan pernyataan yang agak berlebihan menurutku, tapi bermakna.
Pos “kepedulian” lebih parah. Disitu ada pembina PMR tercinta a.k.a guru BP a.k.a Pak Ramadhan. Baru sampai kami uda disuruh loncat-loncat. Ada 2 orang anggota kami, cowok, memakai topi PMR. Dan tiba tiba aja dia ngambil kedua topi yang terpasang itu dan membantingnya ke rumput. Aku terkejut!
“Kalian tau nggak kalo topi itu ngga boleh dipakai malam malam?” teriak Pak Ramadhan dengan wajah yang seram. Sumpah, sehari harinya dia ngga pernah kaya begitu.
Karena takut dan ngga tau mau jawab apa, kami diam.
“TAU NGGAK? JAWAB DONG! KALIAN KIRA KAMI DISURUH NANGGAPI PATUNG!?” teriaknya sekali lagi.
Kami tetap diam. Takut salah ngomong. Lagian aku udah down duluan dibentak begitu.
“Hei kamu!” oh no! Dia nyenterin aku.
“Menurut kamu boleh nggak make topi itu malam malam?” tanya si pembina kepadaku
“Hmm.. kayaknya boleh. Tapi nggak juga kali ya. Nggak tau sih” jawabku tergagap.
“Jawab yang benar dong! BOLEH APA NGGAK?”
“Nggak tau, pak” jawabku pelan.
Setelah itu bapak itu dan beberapa kakak senior melanjutkan ocehan-ocehan tentang kepedulian. Intinya ‘kepedulian adalah sikap ingin membantu dengan rasa ikhlas’.
“Kalian ini ngga punya rasa peduli ya. Topi itu kalian biarkan aja tergeletak di rumput” kata Pak Ramadhan. Jiah bapak yang ngelempar juga
Setelah ngancingin jaket kakak senior sebagai bentuk rasa peduliku (aku ikhlas loh) dan teman teman melakukan hal yang sejenis juga. Ada yang bersedia ngebersihi sepatu juga loh. Aku salut ternyata teman sekelompokku baik juga haha. Kami pergi ke pos selanjutnya, bye bye i won’t miss you~
Pos “tanggung jawab” nggak setegang pos pos sebelumnya. Mungkin kakak seniornya pada malas ngomelin kami. Alhamdulillah. Terima kasih banyak.
Kemudian waktu habis dan kami belum sempat mengunjungi pos terakhir, pos “kepemimpinan”. Kami kembali ke aula disuruh neglanjutin tidur. Yang ada kami malah sharing sama kelompok kelompok lain menceritakan pengalaman masing masing. Ternyata pengalamanku itu ngga seberapa. Ada temanku yang disuruh cuci muka pake air lumur, ada yang disuruh squadjump, pura pura nembak senior, dan lain sebagainya.
Setelah agak puas bergosip aku tidur karna ngantuk berat.
Comments
Post a Comment