Cerita Tentang Kereta Api
Udah lama nggak naik kereta api. Dulu, 10 tahun yang lalu, kami sudah terbiasa menunggu kereta di stasiun saat langit masih gelap. Sekolah mulai pukul 7.45 dan kami biasanya naik kereta pukul 6.36 atau kereta 15 sebelum atau sesudahnya. Oh iya, tidak hanya kakakku dan adikku yang menemaniku naik kereta. Ada beberapa anak lain, kakak beradik juga, yang sama-sama menunggu transportasi tiga gerbong ini untuk pergi ke sekolah. 5 menit perjalanan dari stesen (begitu orang lokal menyebutnya) tempat kami berangkat, kereta menaikkan penumpang serta anak-anak lain, teman kami. Stesen berikutnya lebih jauh, sekitar 10 menitan. Ketika kereta kami berhenti di sana, teman kami bertambah lagi. Ada 7 stesen lagi sebelum sampai ke destinasi kami.
Kata orang kami, anak-anak berseragam ini, berisik. Hanya mengganggu ketenangan penumpang lain. Padahal kami hanya lebih ceria dan bersemangat daripada orang-orang dewasa yang tidur sambil memeluk ranselnya itu. Atau tawa kami lebih renyah daripada orang-orang dewasa yang sedang mengobrol itu. Salahkah kalau kami menikmati awal hari yang baru ini?
"Tolong tahanin pintunya!"
"Lari cepetaan!"
Itu teriakan yang didengar kalau lagi ngejar kereta. Bunyi tanda pintu akan segera ditutup malah semakin mempercepat lari kami. Teman yang udah tiba di kereta duluan langsung nahan tombol buka pintu kereta dan teman yang lain secepatnya masuk ke pintu terdekat yang bisa raih. Untungnya ini bukan monorail yang tidak ada pengemudinya. Kalau masinisnya baik (biasanya sih iya) kita masih ditungguin walaupun saat kereta berhenti kita masih lari di jembatan penyebrangan platform.
Ketiduran sampe kebablasan? Pernah. Ketinggalan kereta? Sering. Turun di stasiun sentral cuma buat beli es krim? sekali-sekali sih. Bahkan keisengan pindah-pindah gerbong (padahal pintunya berat banget) juga pernah dilakukan. Esensi keluar kereta dengan kacamata putih penuh embun pun saya masih ingat. Yang jelas, pengalaman naik kereta api jadi salah satu yang nggak mungkin dilupain. Saya ketemu teman baru saat baru tiba di kota tersebut juga di kereta api. Teman yang kemudian menjadi sahabat, berbagi cerita dan kesenangan. Banyak cerita di kereta api.
Saya nggak lupa bilang latar cerita ini saat keluarga saya tinggal di Kuala Lumpur, Malaysia, sekitar 10 tahun yang lalu. Tulisan ini saya buat dalam perjalanan pagi menuju Solo dari Yogyakarta.
Comments
Post a Comment