Wrapping my 2020

Tulisan ini saya mulai setelah membaca renungan tahunan saya sebelum-sebelumnya. Lucu dan takjub juga setiap tahun saya melakukan ritual mengingat kembali hal-hal yang terjadi selama setahun terakhir, juga penyampaian harapan untuk tahun berikutnya.

Apa aja yang ada di 2020 seorang Meisyarah?


Resmi bukan mahasiswa

Yey, setelah drama panjang pertesisan saya (silakan baca postingan "Cerita thesis" di blog ini) akhirnya saya sidang dan lulus juga dari Saarland University. Alhamdulillah tanggal 24 Januari saya melaksanakan sidang tesis saya dengan lancar. Walaupun cuma dapat dihadiri beberapa teman karena ruangannya kecil, yang penting udah lulus hehe. Sayangnya nggak punya foto bareng sehabis sidang, punyanya malah cuma selfie aja..

 

Trying to stay fit

Sewaktu bulan September 2019 daftar Prague Half-Marathon di akhir Maret 2020. Sewaktu itu masih proses apply visa Jerman yang baru karena pindah lagi dari Ceko ke Jerman. Eh ternyata dapat masa berlaku visanya nggak sampai tanggal race-nya 😂 Optimis aja ntar visanya bakalan diperpanjang lagi karena suatu hal, maka saya tetap latihan buat Half-Marathon dari Oktober. 

Sebenarnya itu ide yang nekat (but possible!) karena pada waktu daftar saya malah belum pernah lari tembus 10km haha. Demi supaya nggak rugi biaya pendaftaran (:p) saya latihan lari 3 kali seminggu pakai training plan yang cari-cari sendiri di internet. Ternyata kekuatan komitmen bisa bikin saya pernah lari 11 km dengan pace 7.01/km di suhu 1°C. Sebuah kebanggaan untuk anak tropis haha. Tapi, Qadarullah, saya nggak ada kebutuhan mendesak untuk perpanjangan visa dan harus pulang ke Indonesia sebelum tanggal lombanya. Daan ternyata akhirnya lombanya batal diadain karena virus corona 😅

Setelah pulang ke Indonesia di bulan Maret, badan mulai meronta-ronta karena nggak diajak bergerak selama beberapa minggu. Akhirnya memberanikan diri lari pagi di luar, yang mudah-mudahan resiko penularan virusnya masih rendah. Di bulan Juni, agak-agak ngikut trend, saya dan adik beli sepeda. Lumayan juga setelahnya jadi banyak bersepeda dan berkunjung ke tempat-tempat yang belum pernah didatangi di daerah Medan.

No, she's not my twin
 

Akhir-akhir ini banyak aktivitas yang saya cobain supaya tetap aktif. Karena kerja di depan laptop minimal 8 jam sehari itu benar-benar bikin otot kaku. Walaupun nggak se-intense sewaktu latihan untuk marathon, mudah-mudahan tetap suka olahraga supaya badan tetap sehat dan seperti Cinta Laura wkwk


Boleh follow akun strava saya di sini hehe

Pulang dan di rumah aja

Awalnya kepulangan saya ke Indonesia itu tanggal 23 Maret 2020. Setelah pertimbangan yang matang, saya memutuskan pulang for good dan tidak menetap di Eropa. Namun, virus corona menyerang Jerman dari bulan Januari dan merebak parah di Eropa sejak bulan Februari. Selanjutnya, banyak negara yang memblokir akses transportasi dari Eropa, termasuk Singapura yang menjadi tempat transit maskapai kepulangan saya. Panik dong kalau nggak bisa pulang. Masalahnya visa saya berlakunya cuma sampai tanggal 25 Maret. 

H-7 kepulangan berusaha menghubungi travel tempat saya membeli tiket. Biasanya saya beli tiket langsung dari website maskapai, dan baru kali ini nyobain dari travel online. Saat itu kebijakan maskapai bisa memberikan refund dan kalau belinya dari website mereka bisa langsung diproses. Tapi travel online tempat saya beli tiket itu malah sulit dihubungi (bahkan via telepon) karena saking banyaknya menerima claim dari orang-orang. Ya sudah, memang nggak rezeki ya hehe. Anyway, saya ganti tanggal kepulangan jadi tanggal 18 Maret karena takut ada perubahan kebijakan lagi dan malah nggak bisa pulang sama sekali. Akhirnya saya pulang naik Garuda Indonesia via Amstermdam karena nggak perlu transit lagi di negara lain. Nggak mungkin kan Indonesia menolak warganya sendiri xD Alhamdulillah sehari kemudian sudah sampai di rumah.

Semenjak itu, saya di rumah aja hehe. MasyaAllah, di awal tahun buat resolusi supaya bisa stay di rumah setidaknya sebulan full (semisal mau mulai kerja di kota lain gitu), ternyata sampai sekarang dikasih Allah udah 9 bulan aja. Saya benar-benar ingin memanfaatkan kesempatan saya di rumah ini menjalankan peran saya sebaik-baiknya. Kita nggak pernah tahu kapan dan siapa lagi yang akan pergi.

DI rumah aja, ada mereka


Pernah galau

Di awal tahun, rasa hati saya itu kayak nano-nano. Ada keputusan besar yang harus saya ambil saat itu yang saya harus menimbang-nimbang dengan hati-hati sekali konsekuensinya. Saya ingat dua ucapan dari dua orang yang berbeda di dua waktu yang berbeda:

"Apapun yang kamu putuskan saat ini, kamu tidak boleh menyesal di kemudian hari ini."

"Keputusan apapun yang kamu ambil, harus kamu pertanggungjawabkan"

Kenapa ini menjadi keputusan yang besar? Karena ini akan mempengaruhi keputusan-keputusan lain yang saya ambil di tahun ini. Selain itu, konsekuensinya juga melibatkan banyak orang, tidak hanya saya seorang. Dengan istikharah panjang dan harapan supaya Allah Berikan yang terbaik dalam setiap langkahnya, beberapa kali saya harus menyinkronkan gejolak hati dan otak yang maunya tidak sama.

Persoalannya apa tidak ingin saya ceritakan di sini. Tapi sepanjang tahun ini, alhamdulillah, Allah Telah Berikan jawaban-jawaban dari kegalauan yang pernah muncul itu, di waktu yang tepat 😊

 

Sharing sessions

Karena rencana untuk pulang ke Indonesia tahun ini udah dipikirin dari awal tahun banget, udah ada beberapa aktivitas yang ingin saya lakukan untuk mengisi waktu saya selama di rumah (Medan). Salah satunya saya ingin bangun komunitas Artificial Intelligence (AI) di Medan. Ini mungkin hal yang sudah terbangun di kota-kota besar lain, seperti di Jakarta atau Bandung. Tapi saya belum dengar tentang itu di Medan. Ide ini terinspirasi dari grup Machine Learning Tokyo yang saya nggak sengaja ketemu di twitter.

Ternyata pandemi corona melanda dan saya pun jadi agak demotivated karena saat itu saya pikir lebih sulit membangun network jika belum pernah bertemu tatap muka. Apalagi komunitas membutuhkan komitmen yang lebih dari sekedar "ketemuan". Harus dibentuk oleh orang-orang yang punya visi yang sama. Dan saya harus bertemu orang-orang tersebut tentunya. Padahal saya kenal 0 orang yang tertarik dengan AI di Medan pada waktu itu hehehe

Mungkin saya salah menilai juga sih, karena pada akhirnya webinar menjadi hal yang lumrah di masa pandemi ini. Di bulan Mei, saya tercetus ingin mengadakan sharing session seputar topik di computer science atau hal yang berkaitan dengan pekerjaan teman2 lulusan Ilmu Komputer (ilkom UGM. Sharing session ini saya beri nama MilanTech. Milan itu singkatan dari Mipa Selatan, sebutan untuk gedung lama MIPA UGM, di mana beberapa tahun yang lalu saya dan teman-teman Ilkom UGM menuntut ilmu. Tujuan awalnya, sesi ini ialah sebagai wadah silaturahmi teman-teman Ilkom di masa pandemi ini. Sekalian saya ingin reunian sama yang lain karena sudah lama tidak bersua hehehe. Setelah komunikasi dengan beberapa teman yang tertarik untuk sharing, maka dibuatlah sesi MilanTech untuk beberapa minggu pertama. Alhamdulillah sampai akhir tahun ada 9 sesi yang saya dan teman-teman adakan. 

Untuk teman-teman yang ingin tahu tentang MilanTech, bisa cek di webnya: di sini. Kalau ada masukan boleh dikasih tau ke saya via email hehehe

Selain MilanTech, saya berkesempatan mengisi sesi sharing di Ilkom UGM juga tentang studi di Eropa dan kuliah NLP. Dan pernah sekali mengisi sesi mewakili kantor untuk acara SARCCOM tentang deep learning for NLP. Mudah-mudahan kontennya dapat bermanfaat bagi para peserta.

Saya senang sekali bisa banyak mengisi sesi seperti ini, karena ini melatih saya untuk menjadi pengajar. Ketika membuat materi, saya harus menentukan goal dari materi saya, melihat materi saya dari sisi target audiens, membuat alur cerita materinya dan cara penyampaian yang baik sehingga mudah dimengerti. Hitung-hitung nambah jam kerja ngajar ya 😁

 

Jalan-jalan

Salah satu resolusi 2020 saya itu ingin mengunjungi tempat baru setiap bulannya. Resolusi yang nggak mungkin terwujud di kala pandemi ya xD Padahal kalau nggak pandemi juga belum tentu tercapai sepenuhnya haha. Alhamdulillah tetap diberikan kesempatan mengunjungi beberapa tempat.

Di bulan Januari, sempat berkunjung ke Freiburg, salah satu kota cantik di Jerman yang biasanya dikunjungi turis-turis yang ingin pergi hiking di Schwarzwald (Black Forest). Saya dan dua orang teman dari Saarbrücken cuma day trip saja ke sana naik bus. Alhamdulillah cuacanya cerah dan nggak dingin, seperti bukan cuaca bulan Januari.

The street of Freiburg

 

Di bulan Februari, saya harus pergi ke Praha untuk menyelesaikan urusan terkait ijazah yang belum sempat saya selesaikan di kunjungan terakhir saya di sana. Biasanya saya ke ke Praha dari Saarbrücken naik bus malam yang langsung menuju Praha. Kali ini, saya ingin pecah trip saya di tengah-tengah rute. Kebetulan saya belum pernah ke Nürnberg. Jadi ke sanalah selama 2 hari 1 malam. Saat itu virus corona belum tersebar luas di Jerman walaupun kasus pertama sudah ditemukan di akhir Januari. Tapi seminggu kemudian, sekembalinya saya dari Praha, kasus di Italia melejit dan negara-negara Eropa lain pun juga mengikut...

Nürnberg from top
 

Bulan Maret kepanikan mulai melanda Eropa. Jangankan kepikiran buat jalan-jalan, buat belanja dua minggu ke depan aja udah saya beli 😆 Tapi dua teman dari Praha ngajak jalan karena mereka udah terlanjur booking trip ke Belgia, Luxemburg, dan Belanda. Kebetulan ada teman kita juga yang tinggal di Belgia (Kota Ghent) yang mau dikunjungi. Karena waktu itu kasus Jerman lebih banyak dari negara-negara yang lain, termasuk Ceko, keparnoan saya lebih tinggi dibandingkan teman-teman saya itu hahaha. Akhirnya saya setuju cuma ikut ke Luxemburg satu hari karena itu yang paling dekat. Cuma dua jam dari Saarbrücken naik bus dan tiketnya gratis untuk pelajar. Itu saya udah pakai masker di bus karena parno padahal kan orang-orang di Eropa saat itu masih anti-masker wkwk saya merasa sangat tidak nyaman. Alhamdulillah selama perjalanan kami tetap sehat. Sempat hampir tergiur diajak lanjut ke Ghent, tapi berhasil menolak hawa nafsu ini dan lebih mementingkan kesehatan. Karena itu udah H-14 jadwal kepulangan ke Indonesia. Kan nggak lucu nggak jadi pulang karena positif Covid padahal udah request unsubscription ke asuransi 😅

Luxemburg with Feni and Mba Shinta
 

Yep, itulah akhir Europe trip saya di tahun 2020 ini. Selanjutnya trip di alam mimpi aja hehe

Engga ding. Di bulan Agustus sempat pergi dua kali ke daerah di Sumut. Yang pertama ke salah satu kampung di Desa Tiga Juhar, Deli Serdang. Ini sebenarnya trip singkat kumpul-kumpul geng orang tua tapi saya dan adik diajak. Tapi jadi pengalaman juga buat saya soalnya saya baru tahu nama Desa Tiga Juhar itu. Iya, saya se-nggak-familiar itu sama Sumut hehe

Lokasi kedua yang saya dan keluarga kunjungi ialah Tangkahan. Lokasi ini terkenal sebagai tempat penangkaran gajah dan di kondisi normal ada wisata untuk ikut mandiin gajah. Nah, saya pengen tuh mandiin gajah. Tapi karena lagi pandemi (lagi-lagi) wisata itu ditiadakan. Cuma bisa melihat mereka mandi dari jauh. Akhirnya kita deh yang mandi-mandi..

A view from Tiga Juhar

Siraman air terjun. You can see who enjoys it the most.

Selain itu ada juga trip bersepeda seru bareng adik saya, tapi masih dalam kota aja 😁 Alhamdulillah. Semoga seusai pandemi bisa jalan-jalan seperti keadaan normal lagi.

 

What I wish for 2021...

Kesehatan fisik dan mental, belajar mengatur energi dan waktu, menjalankan peran, tetap ingat untuk bersyukur dan sabar.

For everything we will be facing in a year ahead..

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Comments

Post a Comment

Popular Posts