Spooky Holiday (Part II)

Aku jadi orang pertama yang bangun pagi. Aku langsung bangun, cuci muka, keluar dari kamar buat ambil air minum. Satu kejutan pagi ini ialah ketika masuk ke kamar Deby dan menemukan aaaaaa Deby #kode lagi. 

“Semalam aku sama Cuek ngambil air minum,” kata Dicky. Kayaknya lagi nyeritain cerita semalam ke beberapa orang. “Pas balik jalan ke kamar, kalian ada muter lagu kan? Pas lagunya lagi diam gitu tiba-tiba ada suara ketawa di belakang kami. Serius aku, tanyalah Cuek.”
“Iya loh, Ded. Aku langsung lemas, terduduk di situ,” sambung Cuek.
“Memang kita ribut kali sih semalam,” kata Dedi. “Aku pertamanya kan tidur di kursi. Tiba-tiba kayak ada yang lewat gitu. Kubiarilah sekali. Terus kayak lewat lagi. Dua kali. Terus lewat lagi aah nggak iya ini. Pindahlah aku ke tempat tidur, mana dingin kali semalam.”
“Makanya kita harus hati-hati di sini. Ini kan bukan daerah kita,” kata Dicky lagi. Yang lain ngangguk setuju.
Jadi kesimpulannya, di sini ada....hantukah?

Sekitar jam 7 anak-anak udah pada bangun. Beberapa anak cowok udah turun ke bawah jalan-jalan ke pinggir danau. Niatnya aku mau nyusul mereka sebelum jauh. Tapi tadi kayanya mereka lewat dari jalan yang berbeda dengan jalan pertama kali masuk ke hotel (dari lobby). Jalan yang ini lewat bagian kamar yang sepi yang di depannya halaman rerumputan dan sangat sepi juga. Aku sempat diam di dekat sana karena ragu tadi mereka beneran lewat sini apa engga. Tapi karena daerah di situ terlalu sepi dan aku takut tersesat, aku pun balik ke kamar nungguin teman-teman yang lain. Dan jalan yang kami lalui setelah itu adalah melalui lobby. Huft..untunglah aku ngga sempat coba-coba jalan sendiri -,-

Then we enjoyed the sunrise. Subhanallah! Indah sekali! Pagi itu beneran cerah banget. Dan kalau diperhatiin baik-baik di langit ada pelangi tipis yang menjulang membentuk busur. Cantik sekali. Kami menikmati sebentar pemandangan indah itu dan segera kembali ke kamar untuk siap-siap buat sarapan.

Nah, jalan yang kami lewati sekarang adalah jalan yang tadi kubilang sepi. Bisa dibilang ini jalan potong soalnya kami ngga perlu muter lewat lobby. Jalan itu ngelewati patung-patung warna putih lusuh. Ada satu patung yang agak besar dan di depannya terdapat beberapa patung dengan ukuran yang lebih kecil. Sekilas terlihat seperti raja dan rakyatnya. Tapi dalam pikiranku waktu itu, patung-patung itu kayak sebuah orkestra. Rasanya pengen ketawa. “Jo, liatlah. Gamau ikutan?”kataku ke Ajo yang ada di belakangku. Tapi Ajo ngejawabnya nggak nyambung, kayaknya sih ngga nangkep maksudku. Yauda deh. Lalu kuperhatiin lagi patung-patung itu kayaknya ada yang aneh. Kayaknya ada yang...yaaah...seems like aku hampir (atau udah) salah ngomong. Sambil minta maaf dalam hati aku tetap berjalan menuju kamar.

The next schedule is breakfast and gowes! Yay! Kami udah kompakan pake baju 12 IPA 3 buat acara sepedaan ini. Walaupun cuaca mulai panas dan gowes di pegunungan itu capek (tanjakan naujubilah, turunan wuuushh:3), we enjoyed it very much! Totally fun! Walaupun sewa sepeda cukup nguras kantong dan walaupun Ajo hampir nabrak ayam (terus?), gowes selalu mengasyikkan.

ubur-ubur!!






Singkat cerita, habis gowes aku bobok siang. Habis bobok aku makan siang bareng semuanya. Habis makan siang kami berjemur atau bermain atau santai2 di tepi danau, di bawah pohon beringin yang rindang. Di dekat situ, di daerah rerumputan ada beberapa kakak-kakak berpakaian motif bunga-bunga yang kayaknya sih lagi nyabuti (atau ngebersihi dan sejenisnyalah) rerumputan. Tapi itu bukan urusanku sih. Yang penting sekarang adalah menikmati pemandangan kocak anak-anak cowok yang berenang di danau. Seriously, they didn’t look like 17. Yang paling imut tentu saja adiknya Sherina alias Dicky! Yang paling semangat lompat nyebur Bubu. Aulia sama Amed juga ngga kalah lucu sih. “Med, kau bukalah singletmu itu. Biar ada kawanku yang gendut,” kata Aulia sebelum berenang. Apaan coba-,-




Sorenya, sementara anak cowok masih menikmati renang, kami para wanita memutuskan belanja oleh-oleh di Tomok. Lumayan menipiskan dompet yang sebelumnya sudah tipis. (baca: sisa selembar uang ijo)




And I’m so thankful that we could enjoy another gorgeous scenery. Sunset! It’d be the most beautiful one when you saw it with the best ones.




We took some photos till Maghrib came. Sampe rasanya udah cukup gelap buat foto-foto, barulah kami balik ke kamar. Kesalahan besar adalah kembali ke kamar lewat jalan potong! Jalan itu benar-benar gelap, sepi, dan banyak kodok (hate it the most)! Walaupun kami jalan engga sendiri, suasana waktu itu cukup horor. Tetap diam adalah cara terbaik mengurangi rasa takut......

Tiba waktu malam, aku udah benar-benar capek dan ngantuk. Main kartu pun udah diambang kesadaran, ditambah lagi nguap 1001x. Tapi se-engga-sadarnya aku lebih ngga sadar lagi 4 orang teman cowokku yang habis makan magic mushroom atau yang lemas habis merokok setelah sekian lama tidak merokok atau yang tepar entah karna kecapekan berenang. Cuma 2 dari 8 cowok yang kesadarannya masih 100% dan cuma 1 yang bisa diandalin. Supaya aman, kami dikumpulin di satu kamar karena pengaruh magic mushroom benar-benar di luar akal sehat. Ada yang ketawa2 sendirilah, ada yang kehausan teruslah padahal udah ngabisin satu liter air mineral sekali minum. Efeknya lebih dari 2 jam sejak dimakan karena aku sempat tidur hampir sejam dan sewaktu bangun mereka masih rada nge-hang, walaupun engga separah sebelumnya.

Sewaktu bangun, semua udah disuruh ngumpul di kamar no.3 (sebelumnya aku tidur di no.4). Suasana di kamar itu udah berubah. Kalo tadi ketawa ngeliat tingkah laku para pengonsumsi mushroom, sekarang semuanya diam tenang ngedengarin Wendy. Wendy lagi ngomong di samping Bubu yang dalam posisi telentang dengan muka serius.
“Ada apa nih, Ca?” tanyaku ke Eca.
“Si Bubu kenak.” Jeng jeng jeng jeng..........

Ternyata daritadi itu Bubu lemas,susah bergerak, dan tangannya rasanya pegal. Waktu Shira nawari diri buat ngusuk, dia ngejawab spontan,”Gabisa dikusuk ini. Ngga tau pusat sakitnya di mana.” Wendy yang ngedengar jawaban itu langsung do something yaaah you know...like connection to other world gitulaaah *ngga berani cerita*

Selanjutnya, bisa ditebak, kami mendapat wejangan dari abah Wendy. Ngga boleh gin sebenarnya. Gaboleh gitulah. Tadi itu harusnya beginilah, begitulah, sampe....
“Kayaknya memang tadi aku ada bikin salah,” kata Bubu tiba-tiba. “Patung yang di jalan sepi itu, tau kan? Tadi kuketawain emang.”
Mampus....aku juga ngomentarin........apakah aku juga akan...?
“Memang kau bilang kaya gimana, bu?”
“Kubilang mirip OVJ”
We laughed then. Including me. I laughed-hopelessly   T_T

Kemudian Wendy keluar gatau ngapain dan ngga lama kemudian balik lagi. Dia duduk dan bilang,” Dia nyuruh kau minta maaf, Bu. Tapi minta maafnya harus sekarang kau pergi sendiri di tepi danau tempat kita berenang tadi. Gila! Gamaulah aku. Terus katanya kalau engga kau yang datang, aku disuruhnya.  Ih gila aja. Nanti ngga pulang pula aku gimana.”
“Jadi, kayaknya dia marah kutolak. Jadi kayak mau nyerang balik dan.. bla bla bla...Pokoknya jaga sikap aja. Mereka itu dari tadi merhatiin kita.”
“Iya, di dalam kamar ini aja ada dua.”sela Dicky. O-oh. SHOULD U TOLD US!?
“Liat nggak, pohon pisang yang di depan sana itu?” Aku bengong, sebagian mengangguk. “Perhatiinlah daunnya, ngga berhenti bergerak kan? Itu berarti ada yang main-mainin. Aku pertama juga ngga sadar, kupikir angin aja. Tapi kulihat pohon yang di sebelahnya engga bergerak sedikit pun.”
“Sama ada satu lagi, patung di depan yang kulihat agak aneh. Feeling ku besok kepala patung itu ngga ada lagi. Tapi engga tau juga ya. Syukur kalo masih ada, berarti dugaanku salah.”

Dan berikutnya, kami semua disuruh tidur. Kali ini dalam satu kamar. Yang cewek tidur di atas, yang cowok tidur di bawah. Bayangin aja 16 orang tidur dalam satu kamar, panas gilee. Aku milih tempat paling ujung. Di bawah, ada Dedi, Ajo, dan Dicky yang masih cerita-cerita misteri tadi. Aku jadi ikutan ngedengerin. Walaupun takut, rasa penasaran lebih penting.

“Aku dari awal masuk ke hotel, jalan ke kamar, memang udah ngerasa nggak enak,” kata Dedi. “Kenapalah kita harus diletak di kamar paling ujung yang ngga ada siapa-siapa, coba. Pohon pisang yang dibilang Wendy itu pun aku udah nampak dari semalam, cuma aku diam aja. Ditambah lagi yang aku ngerasa ada yang lewat-lewat pas tidur semalam.”
“Kayaknya di sini ada dua kerajaan gitu. Mereka perang memperebutkan kekuasaan,” kali in Dicky yang cerita. “Raja yang sekarang memimpin itu sifatnya ngga bagus. Dan mereka kayanya ngga suka sama keberadaan kita. Apalagi kita tadi main-main di daerahnya mereka, di dekat pohon beringin itu. Di sana ada 3 pohon beringin.”
“Masa sih, Dick? 2 deh kayanya,” kataku.
“Ada 3, Mei. Perhatiinlah. Yang pertama, tempat kita foto-foto tadi sore. Yang kedua, tempat Dedi tadi bergelantung. Yang satu lagi ada ke sananya dikit. Pohon-pohonnya ini membentuk segitiga gitu, tapi engga sempurna. Di bagian yang ngga sempurnanya inilah semacam medan tarik terkuatnya. Kalo kita macem-macem di daerah itu, kita bisa ditarik sama mereka ke alam mereka. “
“Sebenarnya ngga perlu takut. Kita kan beriman, kita shalat, kita percaya Allah ngelindungin kita. Ngga ada yang perlu ditakutin. Baca ayat kursi pun, bukan ayatnya yang ngelindungin kita, tapi Allah. Jadi waktu ngebacanya harus karena Allah,”kata Dicky lagi.
Aku ngangguk setuju dan sekarang berusaha buat tidur. Nothing to be worried.....

****

Esoknya, kami engga mempermasalahkan kejadian semalam. Tangan Bubu juga udah baikan. Yang kami pikirkan waktu itu adalah cepat-cepat check-out dari hotel dan pulang ke Medan. Sebelum check out, yang lain sempat ke tempat patung-patung di jalan yang sepi itu buat minta maaf (katanya). Karena aku ngga berani, aku cuma ikutan minta maaf dalam hati...

Sewaktu feri yang kami naiki ninggalin Samosir, dari kejauhan baru keliatan pohon beringin yang Dicky bilang. Memang ada 3 tapi aku merasa bentuknya bukan segitiga. Mungkin itu yang Dicky bilang nggak sempurna.

“Oh iya non,” kataku ke Noni,”tadi kau ikut ke tempat patung kan? Patung yang kata Wendy kepalanya aneh itu gimana? Masih ada kepalanya?”
“Kata Wendy, engga ada lagi, mei.”
“Oooh.....” 
 Thanks God we’re going home already....

What a holiday! Spooky but fun enough. Thanks for the best experience, buddies. Will never forget it.

Comments

Popular Posts