Study Abroad: Courses
Sebenarnya terlalu telat ngepost tentang ini karena kuliah semester ini aja udah hampir selesai. Tapi udah janji di post sebelumnya dan biar keliatan kalo di sini kuliah, nggak jalan-jalan terus :))
Semester ini saya ngambil 4 matkul setara 24 ECTS. Begitu tahu kalo saya wajib ngambil minimal 20 ECTS, saya langsung memutuskan buang satu matkul dari learning agreement yang udah saya bikin untuk 30 ECTS.
Jadi, semester ini saya ngambil Machine Learning (ML), Data Mining (DM), Advanced Business Intelligence Techniques (ABIT), dan Economics & Management (EM). Dari namanya, bisa ditebak kalo 3 mata kuliah pertama isinya mirip-mirip. Karena bingung mau nyeritain yang mana dulu, saya ngurutinnya sesuai jadwal kuliahnya aja.
ABIT kuliahnya semacam lanjutan Information Retrieval. Materi yang dibahas nggak beda-beda jauh sama IR semacam crawling, MapReduce, SVD, dan sebagainya, both theory and practice. Jadi lab dan teori jadi satu mata kuliah yang sama dan memang saling melengkapi, hari ini belajar teorinya besoknya dipraktekkin di lab. Menurut saya, ini lebih efektif daripada dipisah dan akhirnya malah sama sekali nggak berkesinambungan, kayak beberapa mata kuliah yang pernah saya ambil di UGM, mungkin karena kurang koordinasi antara dosen dan asisten praktikum.
EM saya ambil cuma sebagai mata kuliah "hore" biar nggak ilkom2 banget. Dari namanya, saya udah siap-siap nerima materi manajemen atau bisnis ala Pak Mardhani versi Eropa. Ternyata it's completely different. Sang profesor secara sepihak mengganti nama matkulnya jadi innovation and entrepreneurship. Dari namanya seperti akan diajarkan kiat2 menjadi entrepreneur. Kenyataannya, di matkul ini kami diminta memberi definisi apa itu 'inovasi'. Baik atau buruk? Positifnya ke individu atau masyarakat? Belajarnya bukan dari penjelasan profesor aja, tapi tiap minggu ada debate tentang suatu topik. Kalo ditanya saya suka ngga sama mata kuliahnya, saya bingung. Antara menarik tapi kadang debatnya ngebosenin tapi kalo dipikir-pikir di mata kuliah ini disuruh mikir banget dan semua hal jadi serba nggak pasti. Antara nggak pasti atau memang nggak penting buat dipikirin. Misalnya, facebook itu bermanfaat atau nggak, freely file sharing semacam pirate bay itu baik apa nggak. Buat orang yang suka berpendapat pasti bisa involved banget di diskusi di kelas. Sayangnya saya sampe sekarang masih nggak pede sama bahasa inggris saya haha miris yak :')
DM, as you know, belajar data mining :)) This thing is not a new thing for me, jadi mungkin nggak terlalu antusias. Tapi di 2 minggu pertama, sang profesor nge-review materi relational database yang antara sudah saya lupakan atau memang belum pernah saya pelajari. Saya jadi harus bongkar materi database yang saya ambil di semester 2. Dan beberapa materi memang belum dijelaskan sama dosen saya dulu, tapi saya dapat materi slide-nya, which means, kalo saya rajin dan niat saya seharusnya udah punya pemahaman. Selain itu, kami juga belajar beberapa teknik data mining untuk large dataset, yang materinya beliau ambil dari course Mining Massive Datasets dari Stanford, yang udah pernah saya ikuti di coursera. Walupun belum sempat baca semua materinya, saya udah belajar beberapa teknik dari online course tersebut. Untungnya, matkul ini menuntut final project, bukan exam, setidaknya itu jadi tantangan buat saya. Kalo nggak, pasti matkul ini jadi ngebosenin.
ML is probably my favorite amongs them. Kalo DM dan ABIT belajar teknik, ML lebih ke teori dan dasar dari teknik-teknik yang ada. Sebenarnya selama ini udah berusaha memahami sendiri SVM, NN, atau bahkan Bayes, tapi ya pahamnya penggunaannya aja. Kalo disuruh ngejelasin konsepnya wah blas nggak ngerti. Akhirnya bisa bilang 'oooh gitu' walaupun harus berhadapan dulu dengan berbagai rumus matematika, bongkar memori metstat dan probabilitas, dan termasuk nalarin PDE. Dan profesornya ngajarnya kece, reminds me of Pak Pulungan. Di matkul ini saya harus benar-benar konsen ke penjelasan profesornya karena ketinggalan sebentar aja bisa nggak paham ke selanjutnya, soalnya materinya agak berat (tapi menarik!!). Kadang saya bingung harus nyatat atau tetap merhatiin, otak saya cuma bisa fokus ke salah satu.
Despite those courses I'm telling you above, I got one more lesson regarding my comprehensions as a computer science student. Here, I am taking master degree. But courses I am taking now are not really new for me, I mean, I already have known some of them even when I was still studying in Bachelor level. Even UGM has some other courses which I can't find here. So, basically, we are not lack of course. My question is, which one is better, knowing much or knowing deep? However, if you challenge my understanding of data structures or database, I probably will surrender. If I recall how my first semesters were like, may be I was too busy with some extracurricular stuffs or I was just too lazy to study or my professor's explanation was just not so clear for me. I got good grade but I'm not satisfied right now. Things that I left behind now is slowing down my process of study, and yes I regret it, a bit :p I'll be happy if you can give your opinion towards this thing :D
Daaan itulah yang saya bisa ceritakan sejauh ini. Studying abroad is really interesting because you can find something that you didn't realize or you just found it wasn't important to be realized before :))
:")
ReplyDeleteSayangnya saya sampe sekarang masih nggak pede sama bahasa inggris saya haha miris yak :')
ReplyDeleteMei aku ngerti perasaanmu :"
:')))
Delete