Cerita tesis (1)
Yaah ternyata perjalanan sekolah saya nggak semulus yang dibayangkan. Karena di program double degree ini saya adalah mahasiswa aktif di dua universitas, maka saya harus memenuhi persyaratan untuk memperoleh degree dari kedua universitas tersebut. Jadi untuk lulus di Saarland University (UdS) dan Charles University (CUNI), saya harus mencukupi syarat minimal 120 ECTS termasuk tesis serta sudah lulus di mata kuliah wajib di tiap universitas.
Untuk tesis, kalau di UdS saya harus mengikuti Master Seminar, yaitu semacam presentasi proposal penelitian. Setelahnya saya harus submit proposal (sekitar 10 halaman) dan registrasi tesis. Saya baru bisa submit tesis saya minimal 3 bulan setelah registrasi tersebut dan maksimal 6 bulan setelahnya. Terakhir ada colloquium (thesis defense) untuk menentukan nilai tesis tersebut. Biasanya thesis defense adalah prosedur terakhir yang harus dilakukan untuk mendapatkan degree.
Kalau di CUNI, untuk mendapatkan degree, selain persyaratan kredit saya harus lulus State Exam. Ujian ini terdiri dari thesis defense dan oral exam. Untuk tesis, sistemnya adalah supervisor akan mendaftarkan topik kita di sistem dan saya harus registrasi mata kuliah tesis (30 ECTS). Mata kuliah ini hanya formalitas saja. Kalau kita memang sudah mengerjakan tesis di semester tersebut, supervisor akan memberikan kredit tanpa nilai, bahkan ketika tesisnya belum selesai. Kalau 120 ECTS sudah tercukupi beserta persyaratan mata kuliah wajib lainnya, maka kita diperbolehkan mengikuti oral exam. Kalau sudah submit tesis sebelum deadline yang ditentukan, maka kita bisa mendaftar thesis defense. Kalau defense dan oral exam sudah dinyatakan lulus, maka kita sudah berhak menyandang gelar Master.
Jauh sebelum mulai perkuliahan sebenarnya saya sudah membuat rencana studi terutama tentang mata kuliah apa saja yang perlu saya ambil. Rencana awal saya sangat ideal: menuhin kredit di semester 3 (winter), dan fokus ngerjain tesis di semester 4 (summer). Saya sebenarnya ingin juga internship di semester terakhir, mungkin bisa sekalian untuk topik tesis.
Ternyata silabus perkuliahan sedikit berubah, di mana 2 mata kuliah wajib yang tahun sebelumnya ditawarkan di winter semester (computability and complexity dan data structure) sekarang yang satunya ditawarkan di summer semester. Saya pikir lebih baik saya fokus untuk lulus mata kuliah wajib ini daripada harus membagi waktu untuk internship, yang belum tentu dilakukan di Praha. Selain itu ada mata kuliah deep learning juga di summer semester yang ingin sekali saya ambil. Berarti saya akan mengambil 12 kredit plus beban 30 kredit tesis. Cukup menantang sih. Saya jadi mulai mikir-mikir, apa sebaiknya mulai mencicil tesis di winter semester ya.
Akhirnya saya mulai menjalani winter semester yang menurut saya agak santai, karena saya punya cukup background untuk mata kuliah yang saya ambil, kecual computability & complexity yang saya agak kesulitan. Saya waktu itu masih galau sekali menetukan topik tesis dan supervisor, terutama karena saya tidak tahu topik spesifik yang benar-benar saya sukai. Saya sebenarnya tertarik dengan spoken language technology, terutama language understanding. Tapi saat itu saya tidak menemukan dosen yang risetnya seputar bidang itu. Ada sih yang sedang riset di luar, dan ada juga yang proyeknya sudah selesai.
Alhamduilllah, di tengah Oktober ada dosen yang menghubungi saya duluan untuk menawarkan topik tesis. Riset beliau seputar machine translation (MT). Saya sedikit familiar tentang topik ini walaupun saya awalnya tidak sepenuhnya tertarik. Setelah 3 minggu mencoba mencari-cari hal yang mungkin menarik tapi saya tetap galau, akhirnya saya terima tawaran dosen tersebut. Lalu kami pun sudah mulai diskusi tentang judul, data, tools yang akan digunakan, membiasakan menggunakan GPU di cluster, dan sebagainya. Supervisor saya tersebut orangnya juga sangat responsif dan membantu jika ada hal yang saya tidak mengerti. Beliau sangat terbuka untuk berdiskusi, sampai-sampai kalau bimbingan bisa 2-3 jam xD
"If you fail to plan, you plan to fail" -- Benjami Franklin
Seperti kalimat pertama di post ini, perjalanan nggak semulus yang dibayangkan...
(to be continued: part 2)
Comments
Post a Comment