KKN day 4
Ketika tingkat kepemimpinanmu lagi-lagi diuji.
Menjadi kormasit KKN sama sekali bukan pilihan saya. Tiba-tiba ditunjuk saat nggak hadir rapat, mau nggak mau nggak bisa nolak hasil keputusan. Mgkn sikap 'nrimo' saya ini harus diperbaiki.
Kelompok KKN ku mengabdi di dusun kowen dua, kel. Timbulharjo, kec. Sewon, kab. Bantul, DIY. Ada 4 subunit yang dibentuk. Subunitku sendiri berlokasi di Kampung Manggung. Selain paling pelosok di antara 3 kampung lainnya, kampung kami juga yg paling sederhana hanya dengan melihat kondisi bangunan dan jalanannya. Gpp namanya juga kkn :")
Keluh kesah mulai muncul ketika melihat rumah pondokan yg di bawah ekspektasi. Singkatnya, yg kami dptkan dirasa tidak sebanding dengan yg kami berikan (kami tetap membayar biaya hidup dan makan). Hal itu semakin terasa ketika membandingkannya dengan suasana pondokan subunit lain.
Inilah yg menjadi akar permasalahan. Saya dituntut mempertegas masalah keuangan dgn pihak pondokan menyangkut kasur dan makan. Saya bilang ke teman2, utk kasur saya bisa urus. Utk makan mohon maaf saya harus memikirkan lagi bgmn caramenyinggung hal tsb dengan hati2. Ini kesulitan saya. Saya tdk pandai berdalih. Dan saya juga tdk pandai memutuskan dgn cepat. Saya merasa pada saat itu ada perhitungan kami yg hanya berdasarkan asumsi dan saya merasa tdk sreg dgn perhitungan tsb dan saya ngotot harus ada cara yg lebih baik. Mikirin itu aja butuh 3 hari. Tak mampu menyelesaikannya sekaligus, saya beresakan dulu masalah kasur. Sayangnya masalah ini ternyata telah tersebar di luar dugaan saya, dan saya mengetahuinya tepat setelah saya menemukan cara yg tepat (atau lebih tepatnya keberanian) utk menyampaikannya. Sayangnya, keterlambatan saya itu menyebabkan kerugian yaitu pengorbanan tim saya dan cekcok antara pihak lain.
entah mana yg benar, keputusan yg efektif atau yg efisien jika tidak mungkin memperoleh keduanya.
"Kalau tidak berani, nanti saya saja yang ngomong ke mereka ya".
Seharusnya saya berani bilang "tidak, saya saja yang ngomong"
Written in Bantul
Menjadi kormasit KKN sama sekali bukan pilihan saya. Tiba-tiba ditunjuk saat nggak hadir rapat, mau nggak mau nggak bisa nolak hasil keputusan. Mgkn sikap 'nrimo' saya ini harus diperbaiki.
Kelompok KKN ku mengabdi di dusun kowen dua, kel. Timbulharjo, kec. Sewon, kab. Bantul, DIY. Ada 4 subunit yang dibentuk. Subunitku sendiri berlokasi di Kampung Manggung. Selain paling pelosok di antara 3 kampung lainnya, kampung kami juga yg paling sederhana hanya dengan melihat kondisi bangunan dan jalanannya. Gpp namanya juga kkn :")
Keluh kesah mulai muncul ketika melihat rumah pondokan yg di bawah ekspektasi. Singkatnya, yg kami dptkan dirasa tidak sebanding dengan yg kami berikan (kami tetap membayar biaya hidup dan makan). Hal itu semakin terasa ketika membandingkannya dengan suasana pondokan subunit lain.
Inilah yg menjadi akar permasalahan. Saya dituntut mempertegas masalah keuangan dgn pihak pondokan menyangkut kasur dan makan. Saya bilang ke teman2, utk kasur saya bisa urus. Utk makan mohon maaf saya harus memikirkan lagi bgmn caramenyinggung hal tsb dengan hati2. Ini kesulitan saya. Saya tdk pandai berdalih. Dan saya juga tdk pandai memutuskan dgn cepat. Saya merasa pada saat itu ada perhitungan kami yg hanya berdasarkan asumsi dan saya merasa tdk sreg dgn perhitungan tsb dan saya ngotot harus ada cara yg lebih baik. Mikirin itu aja butuh 3 hari. Tak mampu menyelesaikannya sekaligus, saya beresakan dulu masalah kasur. Sayangnya masalah ini ternyata telah tersebar di luar dugaan saya, dan saya mengetahuinya tepat setelah saya menemukan cara yg tepat (atau lebih tepatnya keberanian) utk menyampaikannya. Sayangnya, keterlambatan saya itu menyebabkan kerugian yaitu pengorbanan tim saya dan cekcok antara pihak lain.
entah mana yg benar, keputusan yg efektif atau yg efisien jika tidak mungkin memperoleh keduanya.
"Kalau tidak berani, nanti saya saja yang ngomong ke mereka ya".
Seharusnya saya berani bilang "tidak, saya saja yang ngomong"
Written in Bantul
Comments
Post a Comment