Review buku Destiny Disrupted: A History of the World Through Islamic Eyes


Sampul depan buku Destiny Disrupted

Suatu hari, untuk menghibur diri karena telat submit tesis, saya memutuskan untuk berjalan-jalan di Centrum kota Praha, di pinggir sungat Vltava. Niatnya mau duduk di taman kota, Kampa, sambil baca buku. Typical summer activity gitu. Sehabis beli ginger lemonade di toko yang juga menjual cookies di depan Museum Kafka, saya berjalan di sepanjang Malá Strana, jalan yang literally artinya "jalan kecil". Jalan ini rutenya para turis, walau mungkin mereka juga nggak pernah tahu (atau peduli) namanya. Jalan ini juga melewati gedung kampus saya, yang lokasinya di Malostranské náměstí (Malostranské square atau square yang ada di Mala Strana. Sufiks -ské menandakan ia adalah kata sifat dari malá strana, untuk kata náměstí). Meskipun dekat kampus, saya nggak pernah terlalu memperhatikan toko-toko di jalan tersebut karena saya biasanya selalu menghindari keramaian turis.

Pada hari itulah, setelah hampir setahun tinggal di Praha, saya baru ngeh ada toko buku yang menjual buku berbahasa Inggris di sana. Namanya Shakespear & Sons (Shakespear & Synové). Saya jadi teringat pada toko buku Shakespear & Company yang terkenal di Paris. Saya pikir mungkin ini tiruannya. Walaupun saya tidak terlalu peduli dengan namanya.

Saya pun masuk ke toko buku itu. Buku-buku di toko buku tersebut cukup bervariasi dan banyak sekali yang berbahasa Inggris, mungkin juga karena ini masih kawasan turis. Saya coba ambil satu buku di etalase depan dan membacanya sedikit sambil berdiri. Menarik. Saya pun masuk ke bagian yang lebih dalam dan melihat-lihat koleksinya. Tempatnya tidak bisa dibilang luas, tapi mereka menyediakan 2-3 sofa kecil untuk pengunjung yang ingin membaca. Di basement bahkan mereka punya area yang lebih luas untuk pembaca, seperti bisa untuk berdiskusi beberapa orang juga. Di lantai bawah ini pengunjungnya tidak sebanyak di atas sehingga lebih senyap. Saya mengambil satu buku tentang "Ikigai" dan duduk di salah satu sofa di lantai atas. Alhasil, saya tidak jadi membaca buku yang saya bawa di taman karena tidak terasa saya menghabiskan waktu hampir 2 jam di toko buku itu.

Karena saya merasa senang dengan tempat itu, saya memutuskan untuk membeli buku di sana. Memang untuk saya baca, sekaligus kenang-kenangan. Hanya tinggal 2 bulan lagi saya tinggal di Praha. Saya lihat sebenarnya harga buku-bukunya agak lebih mahal dari semisalnya saya membeli online. Tapi tak apalah, sesekali. Akhirnya saya memilih dua buku: Destiny Disrupted karya Tamim Ansary dan Educated karya Tara Westover. Di post ini saya mau cerita tentang buku yang pertama.

Destiny Disrupted: A History of the World Through Islamic Eyes

Itulah judul yang terpampang di sampul depan buku tersebut. Buku itu berdampingan dengan buku-buku lain ber-genre agama, politik, dan sejarah. Ada beberapa buku lain yang berjudul hampir sama, yaitu terkait sudut pandang Islam yang mungkin tak banyak diketahui oleh masyarakat di Bumi Barat ini. Setelah membaca deskripsi singkat di sampul belakang buku, saya paling tertarik pada buku ini.

Konten buku ini bercerita tentang sejarah yang berlangsung di dunia Islam sejak masa hijrah Rasul sampai pasca-industrialisasi. Layaknya buku sejarah, alur cerita berjalan maju. Buku ditujukan untuk masyarakat di Barat, terutama di Eropa, yang punya sejarah sendiri tetapi tidak pernah menyinggung peradaban Islam dalam pelajaran sejarah mereka, seakan-akan Islam itu komunitas yang entah berantah asalnya dan tiba-tiba membuat kekacauan terorisme pada 9/11 tahun 2001 silam. Padahal kalau melihat lokasi geografisnya, tidak mungkin sejarah Islam dan Eropa sama sekali terpisah. Karena itu jalan cerita sejarah Islam di buku ini disandingkan dengan peristiwa-peristiwa yang dikenal dalam sejarah Eropa yang terjadi dalam rentang waktu yang sama.

Buku ini diterbitkan pada tahun 2009, oleh seorang penulis muslim asal Afghanistan, Tamim Ansary, yang lama menetap di Amerika Serikat. Beliau bekerja sebagai editor di sebuah perusahaan penerbitan dan pernah mengerjakan proyek buku "sejarah dunia" untuk anak sekolah di Amerika. Di awal mengerjakan buku tersebut, ia menyadari dari puluhan bab sejarah dalam draft buku tersebut, tidak satupun yang menyebutkan sejarah Islam. Bagaimana masyarakat bisa mengenal suatu peradaban, jika peradaban itu tidak pernah dikenalkan pada "sejarah dunia" mereka? Penulis pun meminta untuk menambahkan satu bab khusus untuks sejarah Islam di buku tersebut. Pada akhirnya beberapa peristiwa Islam dimasukkan dalam buku tersebut. Tapi bukan dalam bab khusus dan bersanding dengan peristiwa sejarah di Afrika. Pertanyaan di atas itu pulalah yang melatarbelakangi penulis ketika menulis buku Destiny Disrupted ini.

Saya tertarik membaca buku ini karena saya sudah beberapa tahun tinggal di Eropa. Saya cukup banyak berinteraksi dengan orang-orang dari berbagai negara. Banyak teman saya mengaku bahwa saya adalah muslim pertama yang mereka kenal dan yang pernah mengobrol panjang lebar dengan mereka. Identitas agama memang hal yang sensitif untuk ditanyakan. Mungkin telah merasa nyaman dengan saya, beberapa berani menanyakan sesuatu tentang Islam. Tidak jarang pertanyaan mereka membuat saya harus berpikir dulu sebelum menjawabnya. Hal itulah yang membuat saya lebih bersemangat lagi mempelajari apa yang saya anut dan memikirkan bagaimana menjawab pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan dari orang yang belum punya pemahaman sama sekali. Saya teringat teman saya yang tinggal di Jepang. Dia sengaja menghadiri pengajian untuk orang-orang yang baru memeluk Islam hanya untuk mempelajari cara penyampaian sang ustadz dan apa yang disampaikan. Orang-orang di Eropa sangat menyukai sejarah. Jadi, saya pikir dengan membaca buku tersebut, wawasan saya juga akan diperluas melalui ilmu sejarah dan itu akan menambah titik temu bahan percakapan saya seputar Islam dengan teman-teman dari Eropa.

Selain itu, setelah banyak mengunjungi tempat-tempat di Eropa, saya merasa minim sekali pengetahuan sejarah yang saya punya. Memang dulunya saya tidak terlalu tertarik dengan sejarah. Mengunjungi museum dan ikut city tour ketika mengunjungi tempat baru, sedikit banyak menambah wawasan saya mengenai peristiwa-peristiwa di belahan dunia ini. Potongan cerita dari berbagai tempat itu harus saya susun dulu supaya saya paham urutan waktunya. Saya merasa seperti dicubit ketika mengunjungi museum-museum di Istanbul tahun 2016 lalu tanpa mengetahui betapa banyaknya sejarah penting yang terjadi di kota itu di zaman dahulu. Atau ketika mengunjungi sebuah museum Islam di Kopenhagen --museum pribadi yang dimiliki oleh seseorang berkebangsaan Denmark yang punya ketertarikan pada senirupa dan budaya Islam--  di tahun 2018, saya malu sekali pengetahuan saya tentang sejarah Islam hanya segenggam dari yang disampaikan di papan-papan informasi sejarah di museum tersebut. Walaupun setelah beberapa waktu saya jadi lebih banyak tahu, saya tetap merasa akan banyak hal baru yang saya ketahui dari buku ini. Dan juga, saya tertantang untuk membaca buku yang ber-genre berbeda dari buku yang biasa saya baca.

Butuh waktu sebulan untuk saya menyelesaikan buku ini, yang saya cicil sedikit-sedikit pada malam hari atau di akhir pekan. Kontennya sangat komprehensif, terstruktur baik, cukup padat untuk buku berhalaman 300an itu. Buku dibagi menjadi beberapa bab sesuai dengan peristiwa besar yang terjadi secara berurutan, misal dimulai dari hijrah rasul, kekhalifahan dan dinasti Islam dari Abu Bakar hingga Ottoman, kemerosotan Byzantine, protes Eropa terhadap Roma, penjelajahan bangsa Eropa mencari rempah-rempah, penjajahan, serta industrialiasasi dan nasionalisme.

Menurut saya, cara penyampaian penulis sangat enak di baca, layaknya orang yang menceritakan sebuah cerita langsung kepada kita. Beda sekali dengan buku sejarah sekolah atau buku sejarah yang ditulis oleh profesional. Walaupun bukan sejarawan profesional, penulis menyertakan banyak referensi untuk material yang ia cantumkan di bukunya. Tetapi banyak kosakata yang saya tidak familiar, jadi saya tetap sedia kamus ketika membacanya. Karena seperti menceritakan sendiri, di beberapa bagian cerita terasa seperti dibumbui opini penulis. Selama membaca saya merasa harus aware dengan hal itu agar tidak tergiring untuk mempercayai semua yang tertulis di sana, misalnya ketika menceritakan peristiwa yang cukup kejam, atau tokoh yang terdengar jahat. Lagipula, ini bukan buku fiksi.

Saya pribadi sangat enjoy ketika membaca buku ini dan akan merekomendasikannya untuk teman-teman yang tertarik dengan sejarah dunia dan sejarah Islam.  Akhirnya buku yang saya beli saya berikan ke teman saya yang tertarik dengan ceritanya, dengan pesan supaya dia juga memberikannya ke orang lain yang tertarik kalau sudah selesai dia baca.

Apakah teman-teman jadi tertarik untuk membacanya?


Jika ada yang sudah baca, saya akan senang untuk berdiskusi tentang buku ini :D

Comments

Popular Posts